**HALO APA KABAR SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA**

MEMBELAJARI TENTANG BANYAK ILMU YANG DAPAT BERGUNA BAGI KITA SEMUA

China Ajak Dialog, Dua Korea Belum Bersedia


Korsel merasa saat ini bukan waktu yang tepat. Belum ada tanggapan dari Korut.
SENIN, 29 NOVEMBER 2010, 17:40 WIB




VIVAnews - China akhirnya menyerukan dimulainya kembali perundingan enam pihak (Six-party talks) bulan depan. Upaya itu untuk mencegah agar Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) terpicu kembali untuk menggelar perang saudara secara frontal, seperti 1950-53.

Menurut stasiun televisi CNN, seruan China itu muncul setelah sejumlah negara mengkritik Beijing yang kurang serius menanggapi buruknya ketegangan di Semenanjung Korea pasca serangan artileri ke Pulau Yeonpyeong Selasa pekan lalu. Belum ada kesediaan resmi dari kedua Korea atas seruan itu.

Kalangan pejabat Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain menilai China sebetulnya punya pengaruh besar untuk ikut mendamaikan kedua Korea karena punya hubungan yang erat dengan kedua pihak. Bahkan, China merupakan sekutu terdekat Korut. Status itu tidak dimiliki banyak negara, termasuk AS.

Ajakan perundingan ini disampaikan juru bicara pemerintah China, Wu Dawei, di Beijing, Minggu  28 November 2010.

Dimulai secara berkala sejak Agustus 2003, forum itu melibatkan Korut, Korea Korsel, AS, Jepang, China, dan Rusia, untuk membahas cara mengatasi konflik dan ancaman senjata nuklir di Semenanjung Korea. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, forum itu terhenti karena meningkatnya lagi ketegangan antara Korut dengan AS dan Korsel.

Pada 2009, Korut secara sepihak menghentikan dialog itu setelah diganjar sanksi PBB setelah melakukan ujicoba rudal. AS dan sekutu-sekutunya khawatir Korut gencar membuat senjata nuklir sehingga harus diberi sanksi, termasuk perdagangan.
Wu menyatakan peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di Semenanjung Korea membuat masyarakat internasional, khususnya anggota six-party talks, prihatin. Inilah alasan dasar China mengajak keenam negara; Korsel, Korut, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang, untuk kembali melanjutkan perundingan itu.

“Dari pihak China, setelah melakukan pertimbangan yang hati-hati, mengajak melakukan pertemuan darurat di antara para pemimpin delegasi six-party talks pada awal Desember nani di Beijing untuk bertukar pandangan mengenai masalah yang terjadi akhir-akhir ini,” ujar Wu seperti dilansir dari laman CNN.

“Six-party talks memiliki peranan yang penting dalam memperkuat komunikasi di antara banyak pihak, meningkatkan denuklirisasi di semenanjung Korea dan menjaga perdamaian dan stabilitas di semenanjung dan Asia Tenggara,” lanjut Wu lagi.

Namun, belum ada kesediaan dari Korut dan Korsel atas ajakan China itu. Bahkan Presiden Korsel, Lee Myung-bak, mengatakan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memulai kembali perundingan tersebut.

Sumber dari pemerintah Korsel yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa perundingan ini tidak akan menyelesaikan masalah.

“Six-party talk tidak akan bisa menggantikan agresi yang dilakukan oleh Korut. Tindakan nyata perlu dilakukan oleh Korut untuk menunjukkan perubahan kelakuan,” ujar sumber tersebut.

Sementara itu, senator Amerika Serikat dari negara bagian Arizona, John McCain, mengatakan bahwa perundingan ini memang jalan yang baik. Namun Korut tidak akan berhenti berulah sampai diberikan hukuman yang berat. China, ujarnya, dapat saja menghentikan Korut, namun mereka tidak melakukannya.

“China tidak bertindak seperti negara kekuatan besar dunia yang bertanggung jawab. Mereka bisa saja menurunkan ekonomi Korut hingga sedengkul jika mereka mau. Dan saya tidak melihat kepentingan China dalam melakukan hal itu,” ujar McCain, yang bersaing dengan Barack Obama pada pemilu Presiden 2008.
• VIVAnews

0 komentar: