**HALO APA KABAR SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA**

MEMBELAJARI TENTANG BANYAK ILMU YANG DAPAT BERGUNA BAGI KITA SEMUA

Harga Bensin Melonjak, AS Genjot Produksi Minyak

Minggu, 15 Mei 2011 17:38 wib
WASHINGTON - Presiden Barack Obama berkomitmen untuk mempercepat produksi minyak di Alaska's National Petroleum Reserve dan daerah lainnya. Hal tersebut adanya tekanan semakin tingginya harga bahan bakar minyak (BBM) di Amerika Serikat (AS).

Dalam situs pemerintahan AS, pemimpin AS ini mengakui bahwa salah satu beban terbesar bagi konsumen AS beberapa bulan terakhir menjadikan bensin memasuki harga tinggi dengan harga lebih dari USD4 dolar per galon di beberapa daerah.

"Seiring melonjaknya harga bensin, dan sementara tidak ada perbaikan cepat untuk masalah ini, ada beberapa langkah yang harus kita ambil untuk mengatasinya," kata Obama dilansir AFP, Minggu (15/5/2011).

Obama berjanji untuk meningkatkan produksi minyak yang aman dan bertanggung jawab dari sumber-sumber di AS sesuai dengan komitmen dalam meningkatkan keamanan dan standar lingkungan.

"Untuk melakukan ini, saya mengarahkan Departemen Dalam Negeri untuk melakukan penjualan Cadangan Minyak Nasional di Alaska, untuk menghormati daerah lainnya," kata Obama.

Sebelumnya, produksi minyak dan gas sewa telah ditempatkan secara berkala di Cadangan Minyak Nasional, Alaska, tetapi tidak secara tahunan. Obama juga ditawarkan untuk mempercepat evaluasi sumber daya minyak dan gas di pertengahan selatan Atlantik dan untuk menyewakan daerah-daerah baru dari Teluk Meksiko.

sumber :http://economy.okezone.com
READMORE - Harga Bensin Melonjak, AS Genjot Produksi Minyak

 
Minggu, 15 Mei 2011 16:54 wib
 
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kenaikan harga pertamax ini tidak masalah bagi para pengguna pertamax. Hal ini didasari karena pembelian bahan bakar minyak menggunakan nominal.

"Pengguna pertamax sudah memahami itu. Kita beli bahan bakar itu nominal, bukan liter, tidak ada nominal liter, ya sudah enggak apa-apa buat Pertamina," imbuh Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun kepada okezone, Minggu (15/5/2011).

Walaupun demikian, dia mengaku masih ada masyarakat yang dahulu menggunakan pertamax sekarang malah mengkonsumsi premium. "Dengan alasan mereka menghemat dan ada mereka yang mencampur premium dan pertamax," jelasnya.

Namun, saat dikonfirmasi berapa banyak masyarakat yang berpindah ini, dia mengatakan tidak mempunyai data mereka yang beralih dari pertamax ke premium. "Enggak punya, kita enggak punya data swing itu," ujarnya singkat.

Dia menambahkan, saat ini belum akan terjadi kenaikan harga pertamax karena harga pertamax ini mengikuti tren harga pasar minyak dunia.

"Pertamax belum ada naik atau turun. Tapi tetap kita umumkan kok. Mekanisme pasarlah, tergantung harga pasarlah mas, kalau naik kita naikkan, kalau turun kita turunkan," pungkasnya.

sumber : http://economy.okezone.com
READMORE - Pertamina Tak Permasalahkan Pertamax Naik

Minggu, 15 Mei 2011 15:58 wib
JAKARTA - Nilai tukar rupiah yang terus mengalami penguatan atas dolar Amerika Serikat (AS) berdampak terhadap konsumsi produk elektronika di pasar domestik.

Gabungan Elektronika (Gabel) menyatakan, selama periode Januari-April 2011, penjualan produk elektronika di pasar domestik turun lima persen dibandingkan periode sama pada 2010.

“Sepertinya, ada kendala dari segi daya beli masyarakat. Tidak seperti mobil, konsumen elektronika ini kan lebih didominasi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah," kata Ketua Gabel Ali Soebroto Oentaryo di Jakarta akhir pekan lalu.

Selain itu, lanjutnya, kemungkinan juga karena ada pengalihan anggaran. Yakni, dari belanja elektronika, menjadi untuk transportasi atau makanan. "Mungkin lebih memprioritaskan membeli sepeda motor,” ucapnya.

Ali menuturkan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS seharusnya bisa memacu konsumsi elektronika di dalam negeri dan mempengaruhi laju impor.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, nilai impor produk elektronika selama Januari-April 2011 hanya naik sekira 3,6 persen menjadi USD1,18 miliar dibandingkan periode sama 2010 yang senilai USD1,44 miliar.

“Kenaikan impor itu juga tidak signifikan. Artinya tidak mengkhawatirkan meski di tengah penguatan rupiah saat ini,” ujar Ali.

Secara umum, Ali memastikan, penurunan konsumsi tersebut tidak menekan pertumbuhan industri elektronika nasional. Hingga akhir 2011, lanjut dia, pertumbuhan penjualan diyakini bisa tumbuh sesuai target dan industri tetap positif.

Untuk mengatasai penurunan konsumsi, terang dia, pabrikan menyesuaikan kondisi pasar sehingga tidak menyebabkan penumpukan stok. “Kita berharap kuartal II/2011 akan ada penguatan konsumsi lagi,” ujar Ali.

Sementara itu, berdasarkan survey Kadin dan Roy Morgan Research, keyakinan konsumen pada April 2011 mencapai angka angka tertinggi 142,6 atau naik 4,5 poin. Dalam riset tersebut, ditemukan bahwa masyarakat menilai saat ini adalah waktu waktu yang tepat untuk membeli peralatan rumah tangga yang mahal atua tahan lama. Keyakinan tersebut dinilai berdasarkan perbaikan kondisi keuangan keluarga dibandingkan setahun yang lalu.

Ketua Umum Kadin Suryo B Sulisto menjelaskan, keyakinan masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok kini berada pada tingkat yang paling tinggi selama ini. Optimisme yang terus menerus pada level yang begitu tinggi belum pernah terjadi dalam sejarah perekonomian negara ini.




Komunitas bisnis, kata Suryo, perlu memberikan perhatian pada konsumen Indonesia secara luas, yang kini siap membuka dompet untuk berbagai produk dan jasa yang tersedia bagi mereka. "Inilah waktu yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Suryo.

Di sisi lain, terkait kondisi Jepang pasca terjadi gempa dan tsunami, Ali mengatakan, tidak berdampak pada kondisi pasar elektronika domestik. Untuk pasokan komponen, dia menjelaskan, meski sempat terjadi kendala, namun bisa teratasi dengan pengalihan pasokan sumber. Ali optimistis, kondisi itu tidak akan berlangsung lama.

“Sedangkan untuk pasar, tidak ada gangguan. Yang terjadi kemudian adalah subtitusi merek. Misalnya, tadi oleh produk Jepang, menjadi merek Korea. Untuk kondisi di level industrinya, itu persoalan lain serta tidak akan berlangsung lama,”

sumber  :http://economy.okezone.com
READMORE - Rupiah Menguat, Penjualan Elektronika Anjlok